Daftar Aplikasi Ojek Online yang Gagal di Indonesia: Mengapa Mereka Tidak Bertahan?
Saat ini, ojek online (ojol) sudah menjadi hal yang umum. Mudah dan praktis, tidak mengherankan jika ojol menjadi favorit. Namun, tidak semua aplikasi ojol di Indonesia bisa menjadi favorit masyarakat. Beberapa aplikasi harus gulung tikar.
Menurut catatan detikcom, berikut beberapa aplikasi transportasi online yang sekarang tidak aktif:
Uber
Pada tahun 2018, Uber meninggalkan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Mereka menjual seluruh bisnisnya kepada Grab, pesaing mereka. Namun, Uber tetap memiliki 27,5% saham gabungan kedua perusahaan tersebut. Pengguna diminta untuk menggunakan aplikasi Grab sebagai pengganti untuk memesan.
Call Jack
Call Jack adalah aplikasi transportasi motor pertama di Indonesia yang menggunakan argometer dengan jaket dan helm kuning sebagai ciri khasnya. Perusahaan ini berdiri pada 9 Desember 2010 dan menguasai jalanan Yogyakarta, bersaing dengan Gojek. Setelah lima tahun beroperasi, meskipun telah mendapat berbagai penghargaan nasional, Call Jack harus menyerah dan tutup.
Ojekkoe
Pada 2016, OjekKoe juga menawarkan layanan antar makanan, belanja, dan kurir. Di OjekKoe, sistem bagi hasil dengan mitra pengemudi mereka menjadi pembeda. Semua pendapatan yang diperoleh pengemudi tidak dipotong sepeser pun dan tidak ada sistem subsidi. Namun, OjekKoe menerapkan biaya sistem fee. OjekKoe hanya membebankan biaya sebesar 2.500 per hari dengan pilihan paket pembayaran 15 atau 30 hari. Selain itu, OjekKoe menjanjikan sistem reward untuk service kendaran pengemudi dan dana talangan. Layanan yang ditawarkan oleh OjekKoe memiliki mekanisme yang sama dengan aplikasi ojol lainnya, yang membedakan adalah pengemudi dapat menambahkan transaksi non-aplikasi ke dalam sistem, sehingga pengguna dapat memilih pengemudi yang lewat.
Topjek
TopJek menawarkan tarif yang murah tanpa harus menggunakan promo. Salah satu fitur unggulan TopJek adalah fitur Chatroom yang belum diterapkan oleh pesaing lainnya. Selain itu, TopJek mengutamakan kualitas di atas kuantitas. Pengemudi TopJek dibatasi hingga 10.000, dan seleksinya sangat ketat. Sayangnya, TopJek tidak dapat bertahan sampai beberapa dekade.
Ladyjek
Ladyjek adalah ojol khusus wanita dengan pengemudi wanita dan jaket berwarna pink. Konsep ini gagal di pasar karena masalah bug di aplikasi dan kurangnya armada. Selain itu, masalah perang tarif juga menjadi kerugian bagi perusahaan ini.
Ojesy
Ojesy adalah layanan ojol yang ditujukan untuk wanita dan anak-anak, termasuk yang non-Muslim. Ojesy masih melayani pengguna laki-laki, dengan batasan usia tidak boleh lebih dari delapan tahun. Ojesy mampu bertahan hingga
GoLife
GoLife merupakan salah satu fitur dari aplikasi Gojek yang menawarkan layanan berbagai macam jasa, mulai dari jasa pembersihan rumah, pengiriman dokumen, hingga jasa kecantikan. Namun, pada tahun 2020, Gojek memutuskan untuk menutup layanan GoLife dan memfokuskan diri pada layanan transportasi dan pengiriman makanan.
Pada saat layanan GoLife masih aktif, aplikasi ini telah menciptakan banyak peluang kerja bagi masyarakat dan memberikan kemudahan bagi pengguna yang membutuhkan jasa-jasa tersebut. Namun, mungkin karena persaingan yang semakin ketat dengan aplikasi serupa, Gojek memutuskan untuk menghentikan layanan ini.
Bluejek
Bluejek merupakan salah satu aplikasi ojek online yang cukup populer di Jakarta pada awal tahun 2010-an. Namun, pada tahun 2016, Bluejek memutuskan untuk bergabung dengan salah satu pesaingnya, yaitu Gojek. Sejak saat itu, aplikasi Bluejek tidak lagi tersedia dan para pengguna diarahkan untuk menggunakan aplikasi Gojek sebagai penggantinya.
Bergabung dengan Gojek mungkin merupakan langkah yang tepat untuk memperluas jangkauan pasar dan meningkatkan layanan untuk para pengguna. Namun, hal ini juga menandakan semakin ketatnya persaingan di industri ojek online dan bahwa hanya aplikasi yang mampu beradaptasi dengan cepat dan memenuhi kebutuhan pengguna yang dapat bertahan dalam jangka panjang.
MyBlueBird
Meskipun bukan aplikasi ojek online, MyBlueBird adalah salah satu aplikasi transportasi online yang cukup populer di Indonesia, terutama di Jakarta. Aplikasi ini menawarkan layanan taksi dengan standar keamanan dan kenyamanan yang tinggi.
Namun, dengan munculnya persaingan dari aplikasi ojek online, MyBlueBird mulai kehilangan pangsa pasarnya. Untuk mengikuti tren baru dalam industri transportasi online, MyBlueBird akhirnya meluncurkan layanan taksi online dengan nama "BirdBox" pada tahun 2017. Sayangnya, layanan ini tidak mampu menyaingi aplikasi ojek online yang lebih murah dan lebih mudah diakses, dan pada akhirnya, BirdBox pun tutup pada tahun 2019.
Demikianlah beberapa contoh aplikasi transportasi online yang telah mengalami kegagalan di Indonesia. Meskipun ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu aplikasi, seperti persaingan, regulasi pemerintah, dan perubahan tren pasar, namun yang paling penting adalah kemampuan aplikasi untuk terus beradaptasi dengan cepat dan memenuhi kebutuhan pengguna.