Sejarah Masjid Raya Jakarta: Dari Lokalisasi Terbesar di Asia Tenggara Hingga Menjadi Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam

Wahyu EL


Masjid Raya Jakarta, yang terletak di Jalan Kramat Jaya Raya, Tugu Utara, Kecamatan Koja, Jakarta Utara, dulunya merupakan lokalisasi terbesar di Asia Tenggara. Di era Gubernur Ali Sadikin, kawasan Kramat Tunggak dibangun untuk menertibkan pekerja seks komersial (PSK) agar lebih mudah diawasi. Saat itu, area ini ditempati oleh sekitar 300 PSK dan 76 orang germo, dengan luas kawasan mencapai 11 hektar.

Pada masa pemerintahan Gubernur Sutiyoso, area Kramat Tunggak diubah menjadi kawasan Islami yang cukup besar. Pada tahun 2001, dibangun Masjid Jakarta Islamic Center (JIC) yang menjadi masjid raya pertama di Jakarta. Selain masjid, pembangunan JIC juga meliputi gedung sosial budaya, rangkaian bangunan wisma atau penginapan kantor bisnis, dan menghabiskan biaya hingga Rp 700 miliar.

Meskipun telah diubah menjadi kawasan Islami, pemerintah Provinsi DKI Jakarta tetap memfasilitasi mantan PSK yang ingin tinggal di sekitar JIC. Mereka juga diberi pelatihan untuk membuat produk rumahan yang produktif. Pembangunan JIC mengambil falsafah Rasulullah SAW dalam mendirikan rumah, yaitu dengan adanya area pendidikan, peribadatan, dan juga area bisnis.

Kini, JIC juga menjadi Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam di Jakarta. Di dalam kawasan JIC terdapat pesantren, gedung teater, gedung perkantoran, dan perpustakaan. Perpustakaan JIC bahkan pernah meraih penghargaan sebagai Perpustakaan Masjid Terbaik se-Indonesia.

Pada 19 Oktober 2022, kubah JIC mengalami kebakaran. Meski begitu, JIC tetap dapat digunakan untuk beribadah dengan mengalihkan area ibadah ke dalam convention hall yang awalnya digunakan untuk menggelar berbagai acara di area JIC.

Setelah diubah menjadi kawasan Islami pada tahun 2001, Masjid Raya Jakarta berubah nama menjadi Jakarta Islamic Center (JIC). JIC kini menjadi salah satu landmark penting di Jakarta Utara dan menjadi pusat kegiatan keislaman yang ramai dikunjungi oleh umat muslim dari berbagai kalangan.

Selain menjadi tempat ibadah, JIC juga memiliki banyak fasilitas yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, seperti pusat pengajian dan pengembangan Islam, pesantren, gedung teater, gedung perkantoran, dan perpustakaan. Perpustakaan JIC bahkan pernah meraih penghargaan sebagai perpustakaan masjid terbaik se-Indonesia.

Sayangnya, pada tanggal 19 Oktober 2022, JIC mengalami musibah kebakaran yang menghanguskan kubah masjidnya. Meski begitu, JIC tetap dapat digunakan untuk beribadah dengan mengalihkan area ibadah ke dalam convention hall yang awalnya digunakan untuk menggelar berbagai acara di area JIC.

Pembangunan JIC merupakan bukti nyata dari upaya pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam mengembangkan kawasan yang dulunya dipandang sebelah mata menjadi kawasan yang bermanfaat bagi masyarakat. Falsafah Rasulullah SAW dalam mendirikan rumah, yaitu dengan adanya area pendidikan, peribadatan, dan juga area bisnis, diambil sebagai motivasi dalam pembangunan JIC.

Dengan adanya fasilitas yang lengkap dan program yang beragam, diharapkan JIC dapat menjadi pusat kegiatan keislaman yang terus berkembang dan memberikan manfaat bagi masyarakat Jakarta dan sekitarnya.

Komentar